Dua bulan yang lalu,
kalau saya tidak salah sih. Saya menulis tentang ABC, teknik terapi kognitif buat kondisi depresi (sedih) yang semoga bisa
membantu. Sedang tidak menulis tentang review make up atau hal berbau per-lenongan karena sedang jenuh. Jenuh, duh
jadi inget mz Rio.... #np #RioFebrian-Jenuh
Kembali lurus ke niat
awal, saya pengen meneruskan tentang ‘distorsi kognitif’ yang pernah saya
singgung di pos tersebut. Distorsi kognitif paan sik? Ya itu, coba saya artikan
perkata dulu.
dis·tor·si n 1: pemutarbalikan
suatu fakta, aturan, dsb; penyimpangan:
kog·ni·tif a 1 berhubungan dng atau melibatkan kognisi
kognisi /kog·ni·si/ n 1 kegiatan
atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dsb) atau
usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri; 2 Sos proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan oleh seseorang; 3 hasil
pemerolehan pengetahuan
(Sumber: http://kbbi.web.id/)
Bisa ditarik kesimpulan,
distorsi kognitif merupakan penyimpangan dalam penafsiran/ persepsi. Semua
berawal dari mikir, cara pikir kita loh. Sebenarnya ada banyak sih, distorsi
yang (mungkin) sering kita alami. Saya juga sering, banget. Mungkin kamu pernah
mengalami hal di bawah ini deh:
All or Nothing
Pola pikir seperti ini
sering diawali dengan kata absolut seperti ‘semua’, ‘selalu’, ‘selamanya’.
Lompat ke contoh: Saya selamanya bodoh, mudah tertipu. Selalu ada niat buruk
dibalik setiap orang yang mendekati saya. Tidak pernah ada orang yang tulus
mencintai saya.
Nah, dikurang-kurangin
deh penggunaan kata-kata mutlak di atas. Nggak semua kok, itu cuma di pikiran
kita saja.
Over-generalization
Hampir sama seperti tipe
distorsi di atas, namun pola ini lebih menyamaratakan suatu populasi karena
satu hal atau keadaan. Istilah jawanya, gebyah
uyah. Semua lelaki memang brengsek. Semua orang hanya ingin memperdayai
saya saja.
Janganlah merusak susu
sebelanga karena tinta setitik. Semua orang punya keunikan masing-masing, ya
jangan pernah menyamaratakan.
Mental Filter
Dalam pola ini, pikiran
kita secara otomatis menyaring. Menyaring apa? Menyaring sisi negatif dari
suatu kejadian sehingga tidak ada hal positif yang didapat.
Misal, Putri sudah
berangkat pagi buta karena akan mengikuti ujian. Tiba-tiba di tengah jalan ban
motornya bocor. Dia menelpon temannya, namun tidak ada yang mau menyusulnya.
Akhirnya dia tidak mengikuti ujian dan harus menjalani ujian susulan walaupun
nilai ujiannya bagus.
Putri mengumpat seharian
dan berpikir bahwa teman-temannya egois. Dia tidak melihat bahwa teman-temannya
dalam keadaan menghadapi ujian juga dan mereka sudah meminta izin untuk Putri
karena musibah ban bocor. Lagi pula karena ujian susulan, Putri lebih bisa
mempersiapkan tanpa resah terburu-buru sehingga nilai ujiannya bagus. Cara
berpikir seperti ini menghilangkan poin positif dari suatu kejadian.
Jumping to Conclusions
Ini nih, yang bisa
disebut pola pikir insecure. Merasa tidak aman karena menganggap diri kita tahu
bagaimana orang lain berpikir (mind-reading) atau bahkan bisa menebak akhir
dari suatu kejadian (fortune-teller).
Contoh lagi, Putri selalu
marah-marah dan menginterogasi kekasihnya karena menganggap pacarnya pasti
berselingkuh dengan wanita lain. Parahnya, dia mengaku bisa meramal bahwa
hubungannya akan kandas. Putri yakin bahwa teman-teman kekasihnya tidak
menyukainya, seperti itu.
Should Statement
Putri sedang menunggu
teman baiknya yang berjanji akan tepat waktu menjemputnya untuk hadir di suatu
konser musik. Setelah menunggu lebih dari satu jam, temannya tak kunjung
datang. Dia marah-marah sebal karena konser akan segera usai. Temannya datang
tergopoh karena tenyata dirampok di jalan.
Pola pikir seharusnya,
harus, yang diterapkan Putri di atas membuat suasana buruk di pikirannya
sendiri. Seharusnya ada hal-hal di luar ekspektasi yang perlu dipertimbangkan
mungkin akan terjadi.
Labeling
Setelah putus cinta
berkali-kali, Putri berpikir bahwa dia bukan wanita yang baik. Saya jelek. Saya
bodoh. Saya tidak spesial. Tidak ada yang mau dengan wanita seperti saya. Menempel
label buruk untuk diri sendiri, bukan ide yang bagus untuk kesehatan pikiran
kan?
Personalization & Blame
Putri menyalahkan dirinya
karena hubungan cintanya kandas. Dia menyesal tidak mengindahkan nasehat
teman-temannya untuk hati-hati dengan pria tersebut. Putri terus menerus
menyalahkan dirinya dan merasa kejadian buruk itu adalah sepenuhnya salahnya.
Padahal belum tentu dan masih banyak faktor lain yang bisa berperan meyebabkan
suatu musibah/ keadaan krisis.
All or Nothing dan Mental Filter ini saya banget pas lagi khilaf :))
Kira-kira kalian sering terdistosi tipe apa? Let me know :D
Kira-kira kalian sering terdistosi tipe apa? Let me know :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Feel free to comment here, with clear name :)