Jadi, tiga hari yang lalu
adalah hari Jumat tanggal 10 Oktober 2014. Seperti tidak ada yang spesial
memang, tapi 10 Oktober kemarin menjadi spesial untuk saya karena hari itu
adalah World Mental Health Day yang
tema tahun ini adalah Living with
Schizophrenia. Saya sudah tiga minggu penuh menjalani stase peminatan keperawatan
jiwa di ujung rotasi klinik saya. Yak, jiwa! Meskipun dipandang sebelah mata
oleh banyak orang, stigma negatif dan kolot tentang gangguan jiwa, anggapan
prospek buruk mengenai pekerjaan dan keilmuan ini, saya tetap bersikukuh untuk
mengambil peminatan jiwa.
World Mental Health Day 10th Oct |
It’s fun, indeed.. . Saya bisa belajar tentang kesehatan fisik,
mental, sosial, secara terintregasi. Ilmu yang bisa dipakai untuk terapi
pasien, keluarga pasien, masyarakat, teman-teman, orang-orang terdekat dan
tersayang. Bahkan, untuk diri sendiri.
Minggu pertama, saya
mencoba praktik terapi kognitif (cognitive restructuring) yang saya modifikasi
dari beberapa sumber ilmiah. Terapi ini diklaim sangat signifikan hasilnya
untuk penderita depresi (gangguan mood, sedih). Sangat fleksibel, asalkan tau
dasarnya saja. Sebut saja ABC.
“A” yaitu actual
event adalah kejadian sebenarnya.
“B” adalah belief,
yaitu hal hal yang dipikirkan dan dipercayai oleh seseorang atas kejadian “A”
tersebut.
“C” yaitu consequence/ konsekuensi dari adanya “B”
atau kepercayaan tersebut.
Kesimpulannya, terjadinya
A menimbulkan B yang kemudian menimbulkan C. Lets make an example. Saya kasih
contoh untuk diri saya sendiri aja deh, biar nggak ada pihak yang tersindir.
Contoh:
A (Actual Event): Putri
ditinggalkan kekasihnya karena kekasihnya selingkuh (misalnya -_-)
B (Belief): Putri percaya
bahwa kekasihnya berselingkuh karena merasa selingkuhannya lebih baik darinya,
dia bukan siapa-siapa, dia bodoh, dan banyak distorsi kognitif lain yang
membuatnya sangat sedih.
C (Consequence): Karena
sangat sedih dan terus memikirkan hal tersebut Putri menjadi malas
beraktivitas, tidak mau makan, tidak bisa tidur, mengurung diri di kamar dan
akhirnya sakit.
Keadaan yang dialami
Putri termasuk kecenderungan depresif. Dalam terapi kognitif, penderita depresi
disadarkan akan adanya pola pikir atau keyakinan (B= Belief) yang salah kemudian
atau menata ulang B tersebut sehingga terjadi C (consequence) yang berbeda.
Inti dari terapi kognitif yaitu mengubah pikiran/ kepercayaan pada poin B, dari
keyakinan negatif menjadi keyakinan positif dan realisitis. Caranya?
1. Tuliskan semua yang kita rasakan dan
pikirkan.
Menulis merupakan salah
satu media katarsis. Dengan menuliskan perasaan dan pikiran yang dirasakan,
kita bisa melihat gambaran besar masalah/ stressor yang kita hadapi. Kita dapat
mengidentifikasi apa saja perasaan atau emosi negatif yang muncul.
2. Identifikasi kejadian yang membuat kita
terganggu (sedih).
Tentukan hal utama yang
membuat kita sedih. Misalnya dalam kasus Putri di atas apakah yang membuat
Putri sedih. Apakah karena berakhirnya hubungan? Apakah karena merasa ditipu?
Apakah karena takut menjadi single? Misalnya.
3. Identifikasi semua emosi yang negatif.
Garisbawahi perasaan negatif yang kita rasakan. Saya marah
karena merasa dibohongi. Saya sedih dan kecewa karena sudah menaruh
harapan.
4. Identifikasi semua pikiran negatif yang
mengikuti emosi negatif.
Pasti, pasti, pasti ada
pikiran negatif yang menyertai emosi negatif. Nah, kita juga harus menyadari
pikiran yang timbul ini. Contoh lagi: Putri sedih karena merasa
dibohongi, kemudian Putri berpikir ‘pasti
dia hanya memanfaatkan saya saja, saya bodoh sekali bisa-bisanya dibohongi...’
5. Identifikasi distorsi pemikiran yang terjadi dan ganti dengan yang benar.
Kita mengganti emosi dan
pikiran negatif menjadi reaksi yang realistis. Soal Putri diselingkuhi dan
dibohongi misalnya, disarankan untuk tidak
mendistorsi cara berpikir. Seperti: baiklah, mungkin Tuhan telah
menunjukkan kepada Putri siapa sebenarnya lelaki itu. Putri seharusnya
bersyukur tidak berjodoh dengan pembohong. Mungkin juga orang tersebut sudah
terbiasa melakukan kebohongan itu kepada wanita lain, sehingga Putri tidak
menyadarinya, bukan karena Putri bodoh.
6. Pertimbangkan kembali “emosi”.
Setelah sadar apa saja
emosi negatif yang kita miliki, mari pikirkan apakah reaksi tersebut wajar.
Putri masih merasa sedih dan kecewa karena diselingkuhi, namun sampai kapan dan
sejauh apa emosi tersebut akan ada. Apakah emosi tersebut berdasarkan realita
atau karena distorsi kognitif. Apa
itu distorsi kognitif? (akan
dijelaskan di bawah)
7. Buat rencana perbaikan.
Semua sudah jelas, kita
sudah menulis semua yang dirasakan, menunjuk dan mebedakan mana emosi negatif,
pikiran negatif serta mempertimbangkan emosi. Kita juga sadar emosi yang
menyebabkan pikiran kita terdistori (melenceng). Mana kah tipe distorsi
kognitifmu? Di bawah ini dijelaskan cara berpikir yang melenceng atau
terdistorsi:
Duh, masih dalam bahasa inggris, kapan-kapan saya bikin postingan terpisah tentang distorsi kognitif. Ini sumbernya http://www.apsu.edu/sites/apsu.edu/files/counseling/COGNITIVE_0.pdf |
Kira-kira dengan jenis
distorsi yang mana kita berpikir? Ketawa sendiri kan, senyum sendiri kan menyadari cara berpikir kita yang salah :)
Sekarang tinggal bikin
list rencana perbaikan. Masih dengan contoh Putri, misalnya Putri akan
memperbaiki diri, berhati-hati dalam memilih pasangan selanjutnya, melakukan
hal-hal positif untuk mengisi kegiatan dan mempersiapkan diri untuk menjadi lebih baik (ini abstrak banget, ngaaah).
Buat rencana yang aplikatif saja, seperti saya akan membaca buku minimal 3 jam setiap hari, jika merasa sedih saya akan menulis, saya akan bercerita kepada teman jika merasa kesepian, saya akan masih banyaaak lagi.... Intinya, rencana kalian nanti harus bermanfaat terutama untuk diri kalian sendiri atau bahkan lingkungan sekitar. Semakin sibuk dan semakin menikmati, maka semakin baik pula pikiran kita nantinya. Jauh dari distorsi kognitif yang merusak cara berpikir kita.
Buat rencana yang aplikatif saja, seperti saya akan membaca buku minimal 3 jam setiap hari, jika merasa sedih saya akan menulis, saya akan bercerita kepada teman jika merasa kesepian, saya akan masih banyaaak lagi.... Intinya, rencana kalian nanti harus bermanfaat terutama untuk diri kalian sendiri atau bahkan lingkungan sekitar. Semakin sibuk dan semakin menikmati, maka semakin baik pula pikiran kita nantinya. Jauh dari distorsi kognitif yang merusak cara berpikir kita.
Get happy life with ABC
rule!!! :D
ABC rule,
BalasHapuskeren put, aku coba ya, moga aja bener bikin hidup tambah bahagia, hehehehe
coba aja dhil, ini metode ilmiah lho :))
Hapus