Jumat, 21 Juni 2013

Review: Brush Ecotools Six Piece Starter Set

Dulu, ketika saya jalan-jalan ala window shoping dengan ibu atau teman, saya sering melihat deretan alat-alat make up (termasuk brush dengan harga yang zuper! *ala Mario Teguh*). Dalam hati, saya berkata, “Gila kali ya, bisa-bisanya brush gitu doang harganya selangit. Siapa yang mau beli?”.
Dengan berjalannya waktu, pertanyaan itu terjawab. Ya, saya sendiri beli brush-brush semacam itu T.T
Kok bisa?
Semua bisa saja, kata adidas sih ‘imposible is nothing’.  Siapa yang nggak keracunan melihat tutorial-tutorial make up yang ajaib? Bisa mengubah wajah biasa-biasa saja menjadi menarik dan indah, menyempurnakan wajah indah menjadi mendekati sempurna. Menyenangkan untuk dilihat. Ternyata, wajah manusia juga merupakan kanvas lahan untuk berkesenian dan berkreasi.
Kanvasnya ada di mana saja. Wajah saya, wajah teman saya, ibu, adek, dan siapa saja yang mau. Cat dan minyaknya sudah beberapa saya punya seperti eyeshadow, lipstick, bedak. Nah kuasnya? Brush-brush ini melayang-layang di pikiran saya yang berlagak sok jadi pelukis wajah amatiran ini.
Akhirnya saya membeli brush pertama saya di Make Up Brush via private message Facebook. Awalnya was-was dan ragu, jangan-jangan ini barang palsu -lah abal -lah, sampai rewel tanya sama sellernya. Penjual yang pintar ini pun menjawab dengan sabar, dia tidak memberi janji palsu dan menjamin bahwa dia menjual aseli. Dia membalas message saya dengan ‘tenang aja mbak, mbak bisa lihat reputasi saya dan silakan buktikan ketika barang datang’.
Setelah 2 minggu pre order, saya kaget. Saya kaget karena senang barang datang lebih awal dan persis sama seperti di website resmi. Saya juga sempat bertanya pada pihak Ecotools mengenai ciri-ciri barang aseli dan palsu. Mereka mengatakan bahwa produk yang aseli menggunakan bronze lambang Ecotools pada bawah bulu kuas. Ternyata barang yang saya terima persis seperti dijelaskan. Jadi, tanpa bayaran apa-pun saya merekomendasikan online shop MakeUp Brush (Alouette's Beaute) ini. Saya benar-benar puas, terimakasih untuk brush pertama saya.
Sudah panjang ya intro nya? Mari kita ulas produknya.

Kemasan
Kemasan Ecotools menarik, mengusung konsep alam. Saya suka. Saya merasa sudah menyumbang sebagian uang saya untuk menyelamatkan bumi! *sok GO GREEN*, itu seperti yang sudah diklaim produk ini. Kita sudah diberi pouch lucu transparan di sisi depan dan kain kanvas di sisi sebaliknya. Praktis untuk yang suka berpergian.



Oke mari kita bahas satu persatu isi paket mini brush ini:

Blush Brush
Menurut beberapa beauty blogger, brush ini bisa dipakai untuk mengaplikasikan blush on sekaligus bedak powder. Berhubung saya belum punya blush on, saya menggunakannya untuk memakai powder. Halus, lembut, tidak ada bulu yang rontok sama sekali baik pada saat digunakan maupun setelahnya. Namun saya rasa brush ini kurang cocok untuk mengaplikasikan powder, kurang besar. Kalo untuk blush on mungkin lebih cocok sesuai fungsi pabrikannya.

Eye Shadow Brush
Brush eyeshadow ini kaku tapi lembut, tidak ada bulu yang rontok atau menusuk saat digunakan. Menurut saya, brush ini mempermudah pemakaian eyeshadow ke kelopak mata. Namun entah kenapa saya merasa brush eyeshadow ini terlalu besar di mata saya. Kaku sekali, sehingga tidak dapat digunakan untuk blending (membaurkan warna-warna eyeshadow menjadi blur/gradasi)

Concealer Brush
Kaku di tengah, namun lembut diujung. Ukuran dan bentukknya hampir mirip dengan eyeshadow brush namun lebih tipis di bagian ujungnya dan warnanya putih tulang bening. Cocok sekali untuk mencolek colek consealer double kit praktis saya dari Wardah. Ini juga bisa digunakan untuk mengoles eyeshadow.

Angled Eyeliner
Kaku bersudut, lembut saat menyentuh ujung kelopak mata. Bentuknya sangat membantu kita mengaplikasikan eyeliner bentuk gel ke mata secara presisi. Wing eyeliner? Bisa banget deh pake brush ini, rapi memuaskan. No rontok juga dong.

Lash & Brow Groomer

Tidak bisa berkomentar banyak. Sesuai fungsinya lah. Menyisir alis dengan rapi tanpa rasa sakit, menyisir gumpalan maskara dengan baik.

Kesimpulan
Yang paling saya suka dari paket brush ini yaitu brush blush dan angled eyeliner nya :D


(+)Plus:
Gagang ringan dari bambu
Bulu sangat lembut
Tidak rontok sama sekali
Tergolong murah di kelasnya
 (-)Minus:
Eyeshadow brush-nya terlalu besar
Mudah mlorot(?) karena terlalu ringan
Tidak tersedia di Indonesia, harus PO
Harga: Rp 137.000 (belum termasuk ongkir)

Jumat, 14 Juni 2013

Kamu lagi sakit ya?

“Kamu lagi sakit ya? Kok pucet banget?” adalah pertanyaan yang sering saya dengar dari teman-teman dan orang terdekat saya, ketika saya kesiangan, terburu-buru atau lagi males dandan. Saya sering tidak menjawab atau hanya tersenyum, padahal saya dalam keadaan sehat, cukup tidur, cukup makan, cukup keuangan, tapi cuma kurang kasih sayang aja.
Saya sesekali menjawab, dengan kenyataan yang sebenarnya. “Nggak sakit kok, cuma lagi nggak pake lipstick aja. Hihi~” Pada akhir cerita, mereka malah ngatain saya ‘Banci Lipen’! Wooooh :(

Sudah hampir dua tahun ini saya rutin menggunakan liptick. Saya sekarang agak nggak pede kalo ngampus, ngemall, ngondangan dan pergi ke acara penting tanpa lipstick. Ah saya menyesalinya tapi apa boleh buat ini takdir yang Kuasa yang digariskan pada saya *berkaca-kaca*.
Saya tergila-gila dengan bagaimana lipstick bisa mengubah wajah saya jadi segar dan merona. Guratan warna hitam pucat di tepi bibir pun tertutupi. Bahkan tanpa bedak pun saya bisa, daripada hidup tanpa lipstick karena emang wajah saya sudah halus mulus kenyal mendekati sempurna ulalaa. Saya suka sekali lipstick nude yang punya warna dasar cokelat muda dengan hint peach. Untuk gadis indonesia yang punya kulit sawo sangat matang atau cokelat tua sekali seperti saya, warna ini tidak terlihat menor untuk kegiatan sehari-hari. Bayangin aja seorang mahasiswa kayak saya yang biasa ngampus pake pakaian luthuk dan sering makan di angkringan (kucingan) atau burjo, mau pake lipstick warna merah tua atau ungu neon. Bisa dikira mau mangkal eiyke, duh cyiiin~

Sepanjang karir saya di dunia perlipstick-an, sejauh ini saya sudah punya 5 lipstick warna berjenis nude atau natural. Sebenernya ada satu lagi, lipstick Wardah nude tapi saya rasa terlalu merah untuk dipakai sehari-hari, akhirnya saya melungsurkannya kepada ibundo saya (ibu-ibu dikasih lungsuran, emang dasar anak kurang ajiar).
Saya punya 5 lipstick: 2 sophie martin, 1 La Tulipe, 1 Make Over dan 1 Wardah.
Ini gambarnya:
Dari ke 5 ini saya paling suka MakeOver Ultrashine Lipstick Peach Vaganza dan Wardah Long Lasting Lipstick No 02.

Pertama, yang paling tersayang adalah MakeOver Ultrashine Lipstick Peach Vaganza karena baunya enak banget, tekstur creamy dan kemasannya gaul bangets gituh loow. Hanya satu kekurangannya, si Make Over ini gampang banget ilang. Baru kena masker buat nutupin idung pas naek motor aja udah ngacir aja warnanya. Padahal kan saya paling malu kalo harus touch-up lipen di sembarang tempat, bisa dikira banci dandan dan centil. Pencitraan dong, secara saya kan calon ibu gubernur. Cuih.

Tapi saya memaklumi kekurangannya, tiada lipstick yang tak retak. Semua lipstick pasti punya kekurangan *halah*. Saya tidak terlalu terganggu dengan masalah tersebut, karena lipstick ini tetep bisa melembabkan bibir saya.
Cantik ya?

Selanjutnya adalah Wardah Long Lasting Lipstick No 02. Lipen ini saya beli karena pelampiasan pengen make lipen yang tahan lama, nggak kayak si Make Over. Hasilnya deadmate, mati banget matte-nya dibibir, jadi keliatan bagus deh menurut saya. Kemasannya kurus, harganya lumayan kurus, isinya juga kurus. Sekurus dompet saya..... *malah curhat*
Ini gak kalah cantiknya. Dududu~
Empat jam setelah memakai Wardah long lasting lipstick, sukses membuat bibir saya kering. Kering mletek-mletek seperti tanah di daerah perkapuran, mirip juga seperti tumit saya. (bibir saya kayak tumit?)
Bibir pecah-pecah = Tumit pecah-pecah (?)

Eit tapi tenang.. Saya punya lip balm untuk mencegah kekeringan itu. Saya pake Maybeline baby lips, baunya enak seperti bery-bery-an. Klinyit dan mengkilap jika dipakai sendirian. Maka saya berpendapat kalo lip balm ini dilahirkan berjodoh dengan lipen Wardah saya. Walau pun ini brand luar, harganya lokal kok :’)

Keberadaan lipen-lipen ini sangat menunjang penampilan saya. Meningkatkan percaya diri sebanyak 666x lipat. Ah, apa hanya sugesti saja ya? Sebenarnya setiap wanita sudah cantik dengan apa yang dimilikinya. Kita tinggal merawat dan mensyukurinya, ya kan (?) *kibas rambut*
Semua produk yang saya punya adalah produk lokal, saya belum mampu dan berminat untuk membeli produk luar semacam Victoria's Secret, The Balm, NYX, Make Up For Ever dan semacamnya. Sekali lagi saya tekankan, saya masih mahasiswa. Besok deh kalo saya punya suami yang tajir saya bakal minta lipen yang muahal-muahal. Am-iiin!
Kalo pengen review lipstick bermerek internasional *halah*, bisa nih dicek blog kecenya Mbak Merilla May. Doi banyak mereview produk luar, ya dong rumahnya di jakarta sono dan udah punya suami. Pasti gampang dapet online shop yang jual produk luar dan ada suami yang bisa beliin *eaaa*.
Suatu saat saya pengen bisa kayak Mbak Mer yang jago juga membuat make up look yang cetar, wajahnya kayak siluman bunglon, men! Bisa berubah ubah. Kalau saya telisik dari postingan-postingannya, sepertinya Mbak Mer juga jago dan suka menggambar hand drawing. Ya gitu sih, kalo ada bakat nggambar biasanya skill make up nya juga sangar, biasanya.
Dari sekian tulisan Mbak Mer, saya paling suka cerita Mbak Mer waktu kecounter Make Over. Di Jogja sudah ada counternya tapi saya selalu takut mencoba beli karena belum mendapat review yang lengkap, takut keblondrok. Nah, setelah itu baru deh saya dan teman saya Tania beli produk itu. Hasilnya nggak bikin nyesel. Makasih ya Mbak Mer, yeaaa sharing is caring! :)

Mbak Mer juga baik hati lho, dia sekarang lagi bagi-bagi lipstick. Bukan lipstick lokal kayak punya saya, tapi lipstick yang mahal-mahal yang pengen banget saya coba *mata berkaca-kaca*. Kalian mau ikut? Silakan klik banner-nya di bawah ini. Semoga beruntung ya, saling mendoakan biar kita sama-sama lulus dengan nilai memuaskan. Amiiin! *dikira ujian nasional* 

Rabu, 12 Juni 2013

Review: Eyeshadow Make Over Trivia Black Goddiva

Halo ha semua...! Saya mau review eyeshadow dari brand yang cukup saya sukai nih, Make Over! Brand ini sepabrikan sama Wardah, yaitu dari PT. Paragon, sepabrikan sama cat paragon juga. Bener-bener lagi tergila-gila sama brand ini, karena lipstick Ultra Shine Make Over juga oke banget di bibir dengan bau vanilla favorit saya.
Langsung kita review aja ya. Saya membeli eyeshadow dengan tiga warna di dalamnya, kata mbak yang jaga memang warna ini banyak digunakan untuk riasan smokey eyes. Iya, smokey eyes yang sampai sekarang saya belum bisa cara memakainya :(. Katanya lagi ini adalah warna yang paling laris dan banyak dicari sama anak-anak muda dan kimcil seperti saya huahahaha.

Kemasan
Bentuknya kemasan eyeshadow ini persegi 5x5 cm setebal 1,5cm berwarna hitam bertekstur glossy. Gak kecil dan gak terlalu gede juga kok, ada kaca yang lumayan membantu kalau kita ingin mengaplikasikan atau men-touch-up eyeshadow ini. Tulisan Make Over yang menurut saya sangat minimalis, elegan dan masa kini membuat eyeshadow ini terlihat berkelas. Ada aplikator sponge berwarna hitam di dalamnya, yang mungkin sedikit membantu untuk pemakaian eyeshadow ini.

Warna, Tesktur dan Pigmentasi
Ada tiga warna di dalamnya yaitu: 1) Abu-abu muda menjurus ke biru muda; 2) Abu-abu medium yang mengarah ke netral hitam; 3) Hitam pekat. Semuanya bershimmer, shimmernya berbanding lurus dengan mudanya warna eyeshadow. Makin muda warnanya, makin terlihat shimmernya. Warna hitam nyaris tidak bershimmer dan tidak terlihat gemerlap, as you can see at picture bellow:
Untuk tekturnya sendiri tidak chalky atau menyerbuk. Lunak dan menyatu, jadi tidak banyak serbuk yang jatuh ketika memulasnya ke mata. Tidak keras, menurut saya masih kalah keras dengan eyeshadow pabrikan Sariayu. Pokoknya pas dan sedang-sedang saja.

(Tips) Penggunaan
Cara penggunaan mainstream yang biasa dilakukan yaitu warna paling terang untuk highlighting tulang alis, warna medium untuk kelopak mata dan warna paling tua untuk lipatan luar mata terutama bagian sudut. Sayang sekali saya belum bisa membuat riasan semacam smokey eyes yang bagus dan masih tahap berlatih, kalo sudah mahir saya mau pamer tutorialnya, pastik!
Ini cara yang biasa dilakukan lho, tapi jika kalian punya cara lain yang lebih handal tentu sah-sah saja untuk dicoba. Seperti Lizzie Paradengan Strong Pretty Eyes Make Up yang memakai eyeshadow Make Over Trivia Black Goddiva ini juga.

Kesimpulan
(+)Plus:
Semua warna pigmented
Tidak terlalu chalky atau menyerbuk
(-)Minus:
Mahal untuk ukuran produk lokal
Tersturnya sedikit lunak, bikin boros
Harga: Rp 79.000

Senin, 03 Juni 2013

Penyeruput Seni

Saya lagi pengen nulis nih. Tentang satu hal yang jadi penghibur, pengiring, penyegar pikiran saya. Bahkan kadang menginspirasi. Yap, seni. Saya bukan seniman yang sudah menghasilkan karya nyata, bukan art enthusiast yang gila dan candu akan seni. Saya amatiran, bisa dibilang cuma penikmat. Kalo seni itu kopi, saya cuma penyeruputnya bukan peraciknya. Seni bukan inti dari hidup saya, kalo diibaratkan masakan dia itu penyedap/MSG-nya. Hehehe, ya kalo kebanyakan bikin penyakit dan kata orang bisa bikin goblok, katanya.
Minggu malam kemarin saya baru saja menghadiri sejenis pertujukan seni, pertunjukan musik dari UKM BeKaGe (Bengkel Kesenian Geografi) UGM. Saya sudah lama mendengar kiprah BeKaGe ini, tapi nggak begitu paham juga akan kegiatan yang dilakukan. Saya hadir ke acara itu, jujur saja hanya untuk menyaksikan Efek Rumah Kaca (the most played local band in my song-list).
Saya penikmat band satu ini, bukan sok-sokan indie atau antimainstream, lho. Saya memang menikmati musiknya dan isi dari lagu-lagu yang mereka ciptakan. Bingung membayangkan, cek saja lagunya di web Efek Rumah Kaca. Lagu mereka yang paling sering didengar di kalangan umum (bukan para fansnya) mungkin seperti ‘Cinta Melulu’, ‘Desember’, ‘Kenakalan Remaja di Era Informatika’. Beberapa judul dari lagu mereka sudah terdengar ganjil dan unik, begitu pula pesan yang mereka sematkan dalam tiap lagu. Menurut saya, hampir tidak ada lagu yang muspro (sia-sia), semua lagu punya makna yang dalam. Tidak ada lagu cinta dengan majas hiperbola yang mengagungkan kekasih, tidak ada rayuan puitis, kata-kata yang mereka gunakan bahkan hanya kita temui di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penggunaan kata yang kurang populer, menjadikan lagu mereka ‘kaya’.
Tiga personilnya terlihat sebagai sosok yang sahaja, tidak berlebihan dalam bergaya dan berkata. Kebetulan salah satu dari mereka, bassistnya Adrian sedang sakit. Kalau tidak salah organ matanya yang mengalami gangguan, sehingga mereka membuatnya menjadi lagu berjudul ‘Sebelah Mata’. Epic bukan?
Kembali lagi ke acara tadi malam, saya sangat menikmati pertunjukan yang bertemakan bumi itu. ‘Earth, Pray, Love’ slogan yang unik untuk sebuah acara dengan band pembuka yang bagus seperti Archiblues, Page Five, Wikan dan masih banyak lagi. Semuanya punya keunikan dari genre yang dibawakan. Ah saya tidak bisa berkomentar banyak, dengan hanya Rp 20.000 untuk tiket masuk, saya bisa melepas kepenatan. Penat karena lebih dari sebulan bergulat dengan skripsi dan dosen pembimbing, curahan hati mahasiswa hampir wisuda. Haha. Apalagi mendengar guyonan dari duo pembawa acara yang sangat lucu, si Angger dan Dondi. Lucu buanget pokoknya, sindiran-sindiran untuk anak G4uL yang ahhhh *cubit*
Saya berangkat bersama adik perempuan saya, Vivi. Saat tengah pertunjukkan saya maju ke depan supaya bisa melihat jelas, malah Vivi tidak bisa menyusul karena terdesak ratusan orang yang ingin maju juga. Menurut panitia, ada 2000 orang berada di Gedung Purna Budaya UGM pada pukul 22.00 turut meramaikan acara ini. Betapa senangnya para panitia, ya. Selamat! Semoga selanjutnya bisa menyelenggarakan acara seni yang lebih megah lagi. Andaikan himpunan jurusan fakultas saya sekeren ini, duh.
Saya sudah berkali-kali datang ke acara musik besar, menengah dan kecil (gigs). Menurut saya, acara ini termasuk yang paling berkesan. Suasana, ketertiban, penonton, pemilihan musisi yang ditampilkan. Nyaman dan menyenangkan. Sebuah paket komplit dari suguhan musik pop, akustik, r&b, blues, folk. Wah!
Ini ada foto suasana semalem, saya nyempil di depan panggung. Cuma penikmat sih, tapi terimakasih atas hiburannya! Hehe :)


Para Eleniak (sebutan untuk fans ERK)

Saya cuma nyempil di baris kedua. Gak keren ya -_-

Foto ini saya dapat dari akun twitter acara tersebut. Nggak sip lah ya ngefoto-foto konser, saya bukan kru ini. 
Alasan ding, padahal mah sebenernya belum punya kamera bagus jadi gak bisa ikut nge-foto.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...